Kamis, 07 Juli 2016

Gus Dur Di Mata Sahabatnya (Oleh : Arswendo Atmowilotodan Jaya Suprana)

Arswendo Atmowiloto, budayawan sekaligus tokoh pers menilai, nama Gus Dur merupakan sebutan paling demokratis, paling bersahabat sekaligus paling hormat dan paling hangat menggambarkan persaudaraan dengan tokoh yang luar biasa.

"Semua mulut bisa menyebutkan nama Gus Dur, semua telinga mengerti siapa yang dimaksud dan semua hati menaruh rasa kagum dan rasa hormat yang tinggi," tulisnya. Kalau tidak percaya, Arswendo meminta agar menanyakannya kepada semua posisi atau tokoh masyarakat, baik agamawan, politisi, seniman, negarawan, tukang ojek, maupun pemulung. "Mereka semua pasti bisa menceritakan pengalamannya. Tanyakan kepada angin, kepada hujan, atau pepohonan. Mereka bisa mengatakan hal yang sama. Tanyakan kepada debu atau batu, jawaban mereka tak jauh berbeda."

Dalam budaya Jawa, Gus Dur, kata Arswendo adalah lakone, sang tokoh utama dalam segala perkara yang boleh apa saja dan bisa. Segala yang luar biasa, pantas disandangkan kepadanya. Sebaliknya, segala yang biasa menjadi luar biasa. "Kepergiannya yang abadi, Rabu 30 Desember 2009 di RSCM dalam usia 69 tahun, sesungguhnya diterima sebagai tidur sementara. Tidur tanpa mendengkur seperti kebiasaannya selama ini," tulis Wendo dalam buku 'Sejuta Gelar untuk Gus Dur'.

Lain lagi dengan cerita Jaya Suprana yang mengaku sebagai sahabat sekaligus murid Gus Dur. banyak kenangan dan pelajaran yang ia terima dari Gus Dur. Gus Dur di mata Jaya Suprana, merupakan sosok sahabat dan mahaguru yang selama ini selalu ia hormati, kagumi, dan ia cintai.  "Dari Gus Dur saya mewarsi wawasan kearifan mengenai makna kenegaraan, keagamaan dan kemanusiaan dalam hakikat yang murni dan sejati," tulis Jaya. Jaya Suprana terkenang bagaimana sikap Gus Dur ketika sedang menjalani perawatan hemodialisis akibat mencapai tahap gagal ginjal terminal. "Gus Dur tampak selalu bugar, ceria dan tetap terlihat berrsemangat berkisah dirinya sempat dituntut sebuah ormas untuk diadili dengan tuduhan menghina agama Islam."

Ada kenangan terakhir yang tak bisa dilupakan Jaya Suprana. Dalam perjumpaannya terakhir dengan Gus Dur, ia sempat bertanya kepada sang maha guru. "Apa yang keliru pada bangsa dan negara Indonesia pada masa kini?"

Gus Dur, kata Jaya Suprana, terlihat menghela nafas. Lalu sang guru berkisah tentang sebuah hadis Al Sukuni yang meriwayatkan dari Abu Abdillah Al Shadiq. "Ketika Nabi Muhammad SAW menyambut pasukan sariyyah kembali setelah memenangkan peperangan, beliau bersabda: 'Selamat datang wahai orang-orang yang telah melaksanakan jihad kecil tetapi masih harus melaksanakan jihad akbar'. Ketika orang-orang terheran-heran lalu bertanya tentang makna sabda itu, Rasulullah SAW menjawab: 'Jihad kecil adalah perjuangan menaklukan musuh. Jihad akbar adalah jihad Al Nafs, perjuangan menaklukan diri sendiri."

Dikutip Dari :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar