Ini Kenangan Indah Wasekjen PKB tentang Gus Dur di 5 Tahun Haul Sang Legenda.
Jakarta - PKB menggelar 5 tahun peringatan kematian KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa dengan sebutan Gus Dur. Wasekjen PKB Daniel Johan punya kenangan tersendiri mengenai almarhum Presiden Indonesia ke-4 itu.
"Waktu beliau jadi Presiden saya pernah diundang ke Istana hanya untuk makan pagi. Bangga dan senangnya minta ampun," ucap Daniel melalui saluran telepon, Kamis (25/12/2014) siang.
Daniel pun mengungkap kenangan indahnya bersama idolanya tersebut. Saat ia diundang Gus Dur secara langsung itu, Daniel mengaku mendapat pesan khusus.
"Saya diberi pesan katanya, 'suatu saat kamu harus ikut besarkan PKB'. Itu tahun 2000 dan saya bukan siapa-siapa. Saya hanya anak muda biasa. Saat itu saya belum di PKB dan nggak kepikiran mau di partai. Saya hanya seorang aktivis," ucap Daniel.
Anggota DPR RI ini bercerita, Gus Dur menurutkan kepadanya bahwa islam keras semakin keras dan jika tidak diantisipasi akan menjadi masalah bagi ke-Bhinekaan dan untuk Indonesia sendiri. Kata Gus Dur kepada Daniel, islam Indonesia harus tetap dominan dari islam garis keras.
"Islam Indonesia maksudnya ya NU dan Ahlul Sunah Wal Jamaah. Saat itu jujur saya belum paham apa yang Gus Dur jelaskan. Jadi kata Gus Dur, untuk memperkuat islam Indonesia dan NKRI, ke depan NU dan PKB perlu mendapat dukungan bukan hanya darii NU dan muslim tapi juga semua pihak," Daniel bertutur.
"Jadi bukan hanya saat non-muslim ada masalah selalu ke NU dan PKB, sebaliknya NU dan PKB juga butuh penguatan dari Budha, Kristen, Tionghoa, Batak dll. Bukan demi agama atau suku tertentu tapi demi Indonesia," pria asal Kalimantan Barat ini menjelaskan maksud Gus Dur.
Menurut Daniel, jika semua pemikiran sikap dan kebijakan Gus Dur diperas maka intisari yang didapat adalah tentang bagaimana cara memuliakan manusia di mana hal tersebut merupakan komitmen dari tokoh asal Jombang itu. Daniel juga mengaku saat itu mendapat pesan dari Gus Dur untuk bisa naik kelas.
"Naik kelas katanya 'meski kamu Tionghoa tapi untuk menjadi pemimpin yang baik kamu harus naik kelas bukan hanya jadi pemimpin buat komunitas tapi juga buat semuanya, saya ingin Tionghoa suatu saat bisa menjadi pemimpin di Indonesia'. Saya rasa pesan ini juga dilakukan Gus Dur saat mendirikan PKB," ingat Daniel.
Anggota Komisi IV DPR ini menyatakan bahwa keinginan Gus Dur adalah agar NU juga dapat naik kelas agar bisa menjadi pemimpin paripurna untuk kebesaran bangsa. Daniel juga mengingat kebaikan Gus Dur yang memberinya suvenir usai pertemuan keduanya.
"Saya waktu itu belum kepikiran sama sekali menjadi pemimpin dan tidak terbayang Tionghoa bisa jadi pemimpin. Awal perkenalan saya dengan Gus Dur lucu juga," ujar Daniel diselingi tawa.
Katanya, saat itu Daniel mendapat tugas untuk menjemput sahabat kental Gus Dur yang merupakan tokoh Thailand saat berkunjung ke Jakarta. Namun karena sesuatu hal, Daniel tak berhasil menemukannya di Bandara dan tokoh tersebut akhirnya naik taksi dan langsung mendatangi rumah Gus Dur seorang diri.
"Itu tahun 1994 pas Gus Dur habis operasi pertama. Tiba-tiba Gus Dur telepon ke rumah, saya sampai kaget dan senang banget karena waktu itu saya sudah pengagum beliau. Gus Dur bilang 'kamu mau jemput tamu kok malah tamunya ke rumah saya hehehe'. Lalu akhirnya Gus Dur pakai mobilnya antar tamu tersebut ke tempat saya," kenang Daniel.
Akhirnya sejak saat itu Daniel mengaku menjadi dekat dengan Gus Dur. Baginya Gus Dur merupakan seorang panutan yang mengajarkannya tentang pluralisme dan bagaimana pentingnya 'memanusiakan manusia' tanpa melihat latar belakang suku dan agamanya.
Haul ke-5 Gus Dur yang bertema 'Gus Dur adalah Kita' itu digelar di kantor DPP PKB sejak beberapa hari yang lalu hingga Jumat (26/12/2014). Selain pameran foto-foto tokoh pluralisme itu, ada beberapa acara lain yang digelar. Seperti testimoni dari para sahabat Gus Dur, dan juga Yassinan serta santunan untuk anak yatim.
Ditulis kembali oleh : Ayah Debay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar