Minggu, 17 April 2016

INILAH 5 KIAI KHOS YANG MENENTUKAN KEBIJAKAN GUS DUR (Oleh Beny Murdani)

INILAH 5 KIAI KHOS YANG MENENTUKAN KEBIJAKAN GUS DUR

File Gus Dur - Saat Gus Dur masih hidup, publik kerap mendengar istilah kiai khos, atau kyai sepuh. Para kyai khos tersebut ikut andil dalam menentukan kebijakan Gus Dur saat menjadi presiden, Ketua Dewan Syuro PKB atau pun saat menjadi Ketua PBNU.
Sebelum Gus Dur menentukan sikap, biasanya kyai khos inilah yang memberi masukan kepada Gus Dur. Seperti saat jelang Pemilu 2004 silam, Gus Dur mengklaim telah didukung oleh 30 kiai khos untuk maju sebagai calon presiden.
1. KH ABDULLAH ABBAS, BUNTET CIREBON
untet Pesantren yang kita kenal sekarang ini, merupakan salah satu pesantren tertua di Indonesia, berdiri sejak abad 18 M dibangun oleh Mufti Keraton Cirebon, Mbah Muqoyim yang tidak mau kompromi dengan Belanda. Dengan penolakan itu, Mbah Muqoyim lebih memilih tinggal di luar tembok istana dan menjadi guru kemudian mendirikan pesantren yang kini dikenal dengan Buntet Pesantren.
Tempat yang pertama kali dijadikan sebagai pondok pesantren letaknya di Desa Bulak kurang lebih 1/2 km dari perkampungan Pesantren yang sekarang. Sebagai buktinya di Desa Bulak tersebut terdapat peninggalan Mbah Muqoyyim berupa situs makan santri yang sampai sekarang masih utuh.
Pondok Buntet Pesantren bersifat tradisional dan modern, dikatakan modern karena mengadopsi sistem sekolah modern seperti Madrasah Ibtidaiyah hingga perguruan tinggi. Adapun tradisional, dikarenakan pondok Buntet ini terus mengkaji kitab-kitrab salafussholeh yang banyak mengupas seputar Al Quran, Hadits, Tafsir, Balaghoh, Ilmu gramatika bahasa Arab, dan karya-karya Akhlak maupun tasawuf dan fiqh dari para ulama terdahulu.
Dalam perkembangan selanjutnya, kepemimpinan Pondok Buntet Pesantren dipimpin oleh seorang kiai yang seolah-olah membawahi kiai-kiai lainnya yang memimpin masing-masing asrama (pondokan). Segala urusan ke luar diserahkan kepada sesepuh ini.
Lebih jelasnya periodisasi kepemimpinan Kiai Sepuh ini berturut-turut hingga sekarang dipimpin oleh kiai yang dikenal Khos yaitu KH. Abdullah Abbas (kini Almarhum), dan digantikan oleh KH. Nahduddin Abbas. Nama-nama kiai yang dituakan dalam mengurus Pondok Buntet Pesantren secara turun-termurun adalah sebagai berikut:
1. KH. Mutaad (Periode pertama)
2. KH. Abdul Jamil
3. KH. Abbas
4. KH. Mustahdi Abbas
5. KH. Mustamid Abbas
6. KH. Abdullah Abbas
7. KH. Nahduddin Abbas (hingga sekarang)

2. MBAH LIEM KLATEN
Mbah Liem, atau KH Muslim Rifa’i Imampuro adalah pendiri Pondok Pesantren Al Muttaqin Pancasila Sakti, Klaten, Jawa Tengah. Tokoh karismatik ini wafat di usia 91 tahun saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam (RSI) Klaten. Beliau dimakamkan di samping makam istrinya di Pendopo Perdamaian komplek Pondok Pesantren Al Muttaqin Pancasila Sakti, Dukuh Sumberejo Wangi, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Klaten, Kamis malam.
Meski jasadnya sudah tiada, kiprah beliau semasa hidupnya yang terus menyuarakan tegaknya Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan selalu dikenang.
Semasa hidupnya, Mbah Liem juga dikenal masyarakat luas atas kepribadiannya yang sederhana dan bersahabat. Sehingga banyak kalangan masyarakat bawah hingga para tokoh begitu dekat dan akrab dengannya.
Pesan terakhir beliau kepada keluarga, kerabat dan para santri yakni agar selalu istiqomah, ujar KH Jazuli A Kasmani, menantu Mbah Liem beberapa tahun lalu.
Mbah Liem, selama ini dikenal sebagai salah satu kyai khos yang dekat dengan Gus Dur. Bahkan, Mbah Liem juga dikenal disegani oleh pemimpin Orde Baru, Soeharto

3. KH ILYAS RUHIYAT TASIKMALAYA
Pimpinan Pondok Pesantren (Pontren) Cipasung, KH Ilyas Ruhiat (73) wafat pada Desember 2007 silam di Kampung Cipasung, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Mantan Rois AM PBNU Pusat diera kepengurusan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu, meninggalkan tiga orang putra-putri, H Acep Zamzam Noor, Hj Ida Nurhalida, dan Hj Enung Nursaidah serta meninggalkan 12 orang cucu.
KH Ilyas Ruhiyat, dilahirkan di Cipasung pada 13 Januari 1934, ayahnya adalah ulama besar di kabupaten tersebut, KH Ruhiat dan ibunya Hj Aisyah. Semasa hidupnya selain menuntut ilmu pada ayahnya, Ilyas juga mengikuti pengajian kepada sejumlah tokoh pimpinan pondok pesantren di Jawa Barat diantaranya kepada Kiai Saefulmillah, Abdul Jabar dan Ustaz Bahrum.
Kiai Ilyas Ruhiyat sendiri pada tahun 1990-an merupakan ulama NU yang sangat disegani di tingkat nasional. Pada Muktamar NU tahun 1995 di Cipasung, Tasikmalaya, Kiai Ilyas mendapat amanah untuk memimpin NU bersama Gus Dur.
Pada masa itu, Kiai Ilyas mampu membawa NU melewati masa-masa sulit karena menolak intervensi Orde Baru. Kiai Ilyas pernah pula menolak permintaan pemerintah yang memohon kesediaannya menjadi anggota MPR demi menuntut independensi NU.

4. KH CHUDLORI MAGELANG
KH Chudori Pendiri Pesantren Tegalrejo, Magelang yang juga santri KH. Hasyim Asyari adalah Sosok yang mempengaruhi pemikiran Gus Dur tentang makna dan peran agama dalam keberagaman masyarakat.
Ketika pada suatu saat Kiai Chudlori yang pernah berguru pada Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asyari itu menerima rombongan tamu dari sebuah desa (desa tepus 10 km dari pesantren), tamu-tamu itu memiliki persoalan dan memerlukan sebuah solusi dari Kiai Chudlori.
Mereka menceritakan bahwa pada saat itu bondo deso (kas desa) yang terkumpul sedang disengketakan oleh warga. Satu pihak menginginkan kas desa digunakan untuk merehabilitasi bangunan masjid. Sedang sebagian warga yang lain menginginkan kas desa itu digunakan untuk membeli gamelan (seperangkat alat musik tradisional jawa).
Musyawarah demi musyawarah warga desa itu tidak kunjung menghasilkan kesepakatan, dan satu-satunya kesepakatan yang mereka buat adalah meminta ‘fatwa’ dari Kyai Chudlori.
Betapa tercengang Gus Dur karena di luar dugaannya, Kiai Chudlori memberikan fatwa bahwa sebaiknya kas desa itu dibelikan gamelan.
Hal yang sama juga terjadi di pihak warga yang menginginkan rehabilitasi masjid, mereka mempertanyakan fatwa Kiai Chudlori.
Dengan jawaban singkat Kyai Chudlori menjawab, “Nanti kalau gamelannya sudah ada, kelak masjidnya akan jadi dengan sendirinya”.
Mungkin peristiwa inilah awal perkenalan Gus Dur pada pemikiran kontroversi. Selama hidupnya, Gus Dur juga pernah nyantri di pesantren Kiai Chudlori ini.

5. KH ABDULLAH FAQIH, LANGITAN TUBAN
Kiai Abdullah Faqih, Langitan, Tuban, Jawa Timur adalah sosok kyai khos yang semasa hidup begitu dekat dengan Gus Dur. Bahkan, Kiai Faqih ternyata adalah sosok utama yang mendorong majunya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden.
“Tahun 1999 menjelang Sidang Umum MPR pemilihan presiden, yang paling berperan bukan poros tengah, tapi poros Langitan yang digagas Kiai Faqih,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf, Kamis, (1/3/2012) saat Kyai Faqih meninggal dunia.
Menurut Syaifullah, majunya Gus Dur sebagai calon presiden sebenarnya banyak ditentang para kiai. Namun, Kiai Abdullah Faqih justru mengundang beberapa tokoh kiai sentral NU untuk membahas masalah itu.
Mereka diundang untuk berembuk di Pondok Pesantren Langitan Tuban. Hasil pertemuan yang digagas Kiai Langitan itu akhirnya mendukung pencalonan Gus Dur untuk maju sebagai calon presiden yang didukung poros tengah.
“Beliau itu ulama besar dengan santri ribuan yang istiqomah tidak hanya bisa bicara, tapi juga ikut berjuang dengan ikhlas demi umat,” kata mantan Ketua Umum GP Ansor tersebut.
Namun, belakangan Kyai Faqih berseteru dengan Gus Dur. Terbukti, Kiai Faqih merupakan salah satu penggagas berdirinya PKNU, yang saat itu menjadi rival dari PKB.
Sumber tulisan: http://bit.ly/1STT0iU

Ditulis kembali oleh : Beny Murdani
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

GUS DUR SANTRI HABIB ALI AL HABSYI KWITANG. (Oleh :Ievyani Liebedich)

GUS DUR SANTRI HABIB ALI AL HABSYI KWITANG.

Pada suatu ketika Habibana Al-Walid Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri Tebet memanggil muridnya yang paling senior yaitu KH. Fakhrurrozi Ishaq dan Habib Idrus Jamalullail mengenai hal penghinaan yang dilakukan kedua muballigh itu kepada Gus Dur yang pada saat itu telah menjadi Presiden RI ke-4.
Menurut penuturan Ustadz Anto Djibril yang ketika itu hadir di pengajian hari Senin pagi itu Al-Walid bertanya kepada jama’ah yang hadir, “Aina Rozi wa Idrus bin Alwi…?”
Dan keduanya yang hadir mengaji sama menyahut, “Maujud ya habib.”
Lalu Habibana berkata, “Ente berdua jangan pulang ya, ana ada perlu.”
“Ya Rozi ya Ye’ Idrus, ente berdua kalau jadi muballigh gak usah kata-kata kotor sama orang, apalagi sama cucunya KH. Hasyim Asy’ari itu. Ente tahu yang namanya Gus Dur itu siapa? Biar ente faham ya… seluruh Auliya’illah min Masyariqil Ardhi ilaa Maghoribiha, kenal dengan Gus Dur dan ente ini siapa berani mencela – mencela dia. Dan ana sangat malu kalau ada murid atau orang yg pernah belajar sama ana menghina Gus Dur dan juga menghina lainnya. Kalau ente belum bisa jadi seperti Gus Dur, diam lebih baik. Kalau sudah bisa jadi seperti Gus Dur, ngomong dah sana sampe berbusa-berbusa.”
Maka sejak mendapat teguran dari Al Walid itulah, KH. Fakhrurrozi Ishaq dan Habib Idrus bin Alwi Jamalullail bungkam kalau pas bicara masalah Gus Dur.
Diperoleh keterangan ternyata Gus Dur adalah murid langsung dari Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Kwitang. Gus Dur waktu kecil diajak ayahnya, KH. Abdul Wahid Hasyim. Dan di Jakarta beliau sempat mengkhatamkan 9 kitab di hadapan Habib Ali Al Habsyi.
Sewaktu masih menjabat presiden, Gus Dur pernah hadir di Majelis Ta’lim Kwitang. Beliau datang ba’da shubuh tanpa pengawalan ketat dan Gus Dur duduk ikut pembacaan Asmaul Husna sampai selesai.
“Aduh Pak Presiden, kalau kesini kasih kabar dong,” kata Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Habsyi.
“Mending begini bib, kalo kasih kabar ya nanti kasihan jama’ah bisa jadi repot,” jawab Gus Dur.
Dan setahun sebelum Gus Dur wafat, beliau mau ziarah di waktu Maulid di Kwitang, lalu Habib Abdurrahman Al Habsyi berkata,
“Kalau ada yang tahu Gus Dur kemari, cepat kabarin ana ya.”
Tapi dari pihak Gus Dur tidak ada kabarnya dan Yenni Wahid waktu dihubungi tidak menjawab. Dan ternyata Gus Dur nyarkub di jam 11 malam dan itu menurut penuturan pengurus Masjid Ar-Riyadh. Begitulah Gus Dur, beliau orangnya tidak mau merepotkan orang lain.
Semoga sepenggal kisah Gus Dur dengan beberapa habaib sepuh ibukota ini bisa menambah kecintaan kita kepada beliau-beliau..Lahumul Fatihah.

Ditulis oleh :Ievyani Liebedich
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

TERUNGKAP! INI PENYEBAB GUS DUR TINGGALKAN ISTANA NEGARA (Oleh :Benny Murdani)

TERUNGKAP! INI PENYEBAB GUS DUR TINGGALKAN ISTANA NEGARA

Saat menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, parlemen mencoba menggulingkan Gus Dur dari kursi Presiden RI dengan dalih kasus hukum yang sampai hari ini tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Melihat kejanggalan tersebut, tentu saja Gus Dur menolak untuk diturunkan.
Hal ini disampaikan oleh KH Maman Imanulhaq saat mengisi kegiatan peringatan Isra Mi'raj di Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah, Subang, Jawa Barat, Rabu (13/4).
"Gus Dur tahu bahwa ini adalah masalah politik, bukan masalah hukum. Beliau tidak pernah bersalah secara hukum, tapi dikalahkan secara politik,” tegas Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka, Jawa Barat itu.
Kiai muda yang akrab disapa Kang Maman itu melanjutkan, masyarakat pun tahu soal kejanggalan masalah ini sehingga dukungan dari daerah terus mengalir kepada Gus Dur. Namun Gus Dur berpikir kalau situasi ini dibiarkan begitu saja dikhawatirkan akan terjadi perang saudara antara kelompok pro Gus Dur dan pro parlemen.
"Gus Dur saat itu berpikir daripada perang saudara hanya gara-gara mempertahankan jabatan duniawi, lebih baik ia mundur saja dari jabatan presiden," tambah Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU itu.
Namun, lanjut Kang Maman, Gus Dur masih belum menemukan alasan yang tepat untuk keluar dari Istana. Karena yang dituduhkan parlemen jelas tidak bisa diterima sebab tidak rasional dan juga inkonstitusional.
"Sampai suatu ketika Gus Dur meminta kepada salah satu menterinya, Luhut Binsar Panjaitan untuk menemui Lurah Gambir, Jakarta Pusat karena Istana Negara berdomisili di Kelurahan Gambir," ungkap anggota DPR RI itu.
Waktu itu, imbuh Maman, Luhut diinstruksikan untuk meminta agar Lurah Gambir segera membuat surat sakti yang isinya menyatakan bahwa situasi sedang genting sehingga Gus Dur harus meninggalkan Istana Negara.
Saat Gus Dur ditanya kenapa harus membuat surat ini. "Supaya nanti ketika di hadapan Allah ditanya kenapa kamu meninggalkan istana? Saya menjawab: coba tanya saja ke Lurah Gambir,” pungkas Maman.

Ditulis ulang oleh : Benny Murdani
Profile :https://www.facebook.com/beny.murdani.73/posts/193956200996750?notif_t=tagged_with_story&notif_id=1460887779111186
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

Sabtu, 16 April 2016

GUS DUR & KEDEKATANNYA DENGAN NON MUSLIM (Oleh Prof.Muhammad A S Hikam)

GUS DUR & KEDEKATANNYA DENGAN NON MUSLIM.

Dikutip dari bukunya Prof. Muhammad A S Hikam, “Gus Dur Ku, Gus Dur Anda , Gus Dur Kita”.
“Salah satu episode yang saya saksikan sendiri dan berbekas mendalam ketika dalam sebuah seminar di Masjid Sunda Kelapa sekitar th 1996, bulan Desember. Gus Dur (GD) dikritik Pak Yusril Ihza Mahendra (YIM) soal kedekatan beliau dengan kelompok non Muslim, khususnya ummat Kristiani.
YIM mengatakan, sambil mengutip ayat Qur’an yang berbunyi “Muhammadun Rasulullah. Walladzina ma’ahu asyiddaa u ‘alal kuffaari ruhamaa u bainahum.. “Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya sangatlah tegas / keras terhadap orang-orang kafir, namun berkasih sayang terhadap sesama mereka.” (Al-Fath: 29).”. Menurut YIM, Gus Dur tidak mengikuti ayat ini karena justru beliau terbalik “ramah tamah dengan orang non Muslim, dan sering mengeritik keras terhadap sesama Muslim..”

Gus Dur menjawab dengan santai seperti biasa: “Saudara Yusril perlu mengaji lebih dulu sebelum memberi tafsir Qur’an dengan benar. Tegas di dalam ayat ini berarti tegas dalam soal keimanan, bukan soal pergaulan. Kita sebagai Muslim (apalagi dalam kondisi mayoritas) tentu harus tetap ramah dan melindungi terhadap orang non Muslim yang minoritas. Kalau saya sering bersikap kritis terhadap sesama gerakan Islam di Indonesia, ya karena dalam semangat “tawashou bil haq”. Memberikan pembelajaran internal, memang beda dengan pembelajaran keluar. Justru “ruhamaa” atau kasih sayang itu saya ekspressikan dengan cara kritik. Kadang-kadang terdengar keras, tetapi saya tak memonopoli kebenaran seperti kebanyakan ormas atau tokoh-tokoh Islam lainnya..”

Ditulis kembali oleh :Ievyani Liebedich
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

GUS DUR BUKAN HABIB...? (Oleh :Ievyani Liebedich)

GUS DUR BUKAN HABIB...?
“Upaya Klarifikasi Perihal Nasab Gus Dur”

Salah satu fanpage aliansi HTI memuat tulisan tentang “Nasab Gus Dur” (https://www.facebook.com/photo.php?fbid=476329205806768). Admin mengaminkan sepenuhnya tulisan yang diposting oleh pengelola website Majalah Misykat Lirboyo. Padahal sedari dulu, saya sudah mengikuti baik di fanpage-nya maupun di website-nya, banyak komentar yang menanyakan balik pada admin yang belum dijawabnya: “Apakah klarifikasi itu benar-benar valid dari Habib Luthfi?”
Daripada menunggu-nunggu jawaban yang belum pasti, yang padahal jika ingin diketemukan solusinya cukup datang langsung kepada Habib Luthfi bin Yahya. Tapi sekedar mengeluarkan unek-unek dari salah seorang teman saya yang berfam Azmatkhan (nama dirahasiakan dulu), juga unek-unek saya sendiri sebagai rakyat jelata. Teman saya itu termasuk salah seorang yang ahli dalam ilmu pernasaban, terlebih nasab-nasab “Azmatkhan”.
_________________
Teman: “Assalamu’alaikum Ustadz. Saya melihat status Ustadz tentang Gus Dur. Mohon maaf ada hal yang sangat mengganjal buat saya, GUS DUR DIKATAKAN bukan HABIB. Lha memang pengertian keturunan Nabi itu hanya kata-kata habib saja? Sepertinya tidak. Ahlul Bait itu beragam panggilannya, di Jawa Timur YIK, di Palembang AIP, di Padang SIDI, di Malaysia SYED, di Pakistan dan India ASHRAFF, dll. Jadi masing-masing negara beda panggilan.
Mohon maaf pula ketika Rabithah Alawiyah mengatakan Gus Dur bukan Ahlul Bait, pertanyaan saya, apakah mereka punya sanad tentang AZMATKHAN? Apakah penyusun kitab yang mereka jadikan rujukan itu pernah ke Indonesia dan mendatangi kyai-kyai keturunan Walisongo?
GUS DUR adalah AZMATKHAN dan nasabnya tercatat lengkap di kitab al-Mausu’ah li Ansab al-Imam al-Husain. Nasab yang panjenengan share itu nasab yang salah, karena Gus Dur bukanlah generasi ke 33 atau 34. Gus Dur generasi ke 38 dan nasab ini sudah tercatat dan tersimpan lama di kitab yang disusun oleh ulama keturunan Sunan Kudus.
Sebaiknya, menurut saya, bagi pihak yang meragukan nasabnya Gus Dur, tanyalah kepada ulama yang mengerti tentang nasab Azmatkhan.

Jelas Mbah Hasyim Asy’ari adalah Ahlul Bait dari jalur AZMATKHAN. Bagi mereka, yang tidak mengakui Gus Dur, silakan saja. Namun sampaikan kepada mereka yang tidak mengakui Gus Dur dan juga Mbah Hasyim atau Mbah Kholil Bangkalan sebagai Ahlul Bait “Allah Tidak Tidur”.
Sekali lagi, jika ingin membicarakan nasab Azmatkhan, wajib mereka mempunyai sanad. Jika tidak, sampaikan kepada mereka, lebih baik mereka diam. Karena mendustakan nasab tanpa bukti yang ada, apalagi tidak mempunyai sanad, itu merupakan perbuatan yang luar biasa jahatnya. Kalau panjenengan mungkin faham.”
Sya’roni As Samfuriy: “’Alaikumussalam Wr. Wb. Izin share Gus. Saya juga belum mendapatkan pernyataan kebenaran klarifikasi itu, padahal mengatasnamakan Habib Luthfi. Sedangkan saya punya teman yang menjadi kepercayaan Habib Luthfi (KH. Zimam Hanifuddin Nusuk) mengatakan bahwa Gus Dur adalah termasuk salah seorang Habib.”
Teman: “Tapi ana khawatir mereka yang tidak faham ilmu nasab.”
Sya’roni As Samfuri: “Injeh, sendiko dawuh.”

Teman: “Kasihan Gus Dur dan Mbah Hasyim, jelas-jelas mereka ini Ahlul Bait, tapi kadang sering dijadikan sasaran tembak. Nasab Gus dur dan keluarga Mbah Hasyim itu sudah terdata jelas dan terang-benderang. Itu fihak Habib Lutfi sepertinya musti mengkerasi orang yang sering bawa-bawa nama Habib Lutfi.”
Sya’roni As Samfuriy: “Andai saja poro kiai (yang mayoritasnya Ahlul Bait berfam Azmatkhan) tidak bersifat khumul niscaya mereka mau saja membeberkan nasabnya di muka umum. Tapi memang amal lebih digemari olehnya daripada sekedar membanggakan nasab.”
___________________
‪#‎Silakan_direnungkan‬ sendiri. Masa saya yang harus ngewakilin mikir wahai para makmum..?

Ditulis oleh : Ievyani Liebedich
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

Selasa, 12 April 2016

Gus Dur Hafal Ratusan Kitab Kuning Beserta Matan dan Syarahnya (Oleh:Ayah Debay)

Gus Dur Hafal Ratusan Kitab Kuning Beserta Matan dan Syarahnya.
Oleh : Ayah Debay
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

Kyai Haji Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI yang ke-4 sudah lama saya kenal melalui siaran televisi, koran-koran dan buku-buku yang memuat pemikiran beliau. Namun yang paling berkesan bagi saya adalah saat kami berdua pernah duduk bersama seharian penuh dari pukul 07.00 pagi hari sampai 19.00 malam hari. Kebersamaan kami berlangsung di Riau, tepatnya di kediaman Gubernur Riau, H. M. Rusli Zainal. Ketika itu Gubernur Riau sendiri yang meminta saya untuk menemani Gusdur sebagai 'pengganti' tuan rumah, karena Gubernur Riau tidak dapat terus menerus menemani Gusdur.
Jadilah pertemuan kami itu berlangsung aman, tanpa ada gangguan sedikitpun. Saya masih ingat rombongan Gusdur saat itu lumayan ramai juga, di antaranya adalah Muhaimin Iskandar (sekarang menjadi Menteri Tenaga Kerja RI), dan saudara Lukman Edi (seorang anggota DPR RI). Sepanjang hari itu, kami duduk bersebelahan dan berbicara panjang lebar mulai dari masalah agama, masalah negara, masalah pemimpin-pemimpin Indonesia.
Ketika membicarakan masalah agama kami terlibat dalam pembicaraan sangat serius. Saat itu kami berkesempatan untuk membuktikan secara langsung kata-kata orang yang banyak saya dengar, yang menyatakan bahwa Gusdur menguasai banyak kitab-kitab klasik (kitab kuning). Maka kami membuka dialog dengan mencuplik kitab-kitab klasik yang pernah kami baca mulai dari karangan Imam As Syafi'i, Imam Haramaini, Imam Al Ghazali, Imam Ibnu Katsir, dan lain-lain. Apa yang terjadi...? Gusdur ternyata bukan hanya mahir mengimbangi pembicaraan mengenai berbagai permasalahan yang kami kemukakan, namun dengan mahir beliau malah membacakan matan-matan semua persoalan tersebut dalam bahasa Arab yang asli, tepat seperti isi kitab yang asli. Tidak dapat kami pungkiri bahwa saat itu hati kami bergetar, kagum, heran, juga bahagia. Yakinlah kami bahwa Allah benar-benar Maha Kuasa dan telah menciptakan hamba-hambaNya dengan berbagai kelebihan. Subhanallah...

Ketika membahas kepemimpinan nasional, Gusdur dengan disertai humor-humor kocak sana-sini menjelaskan dan berdiskusi dengan kami tentang banyak hal. Satu yang sangat kami catat kuat dalam ingatan kami bahwa tidak pernah sekalipun terucap kata-kata jelek yang bersifat mempersalahkan seorangpun dari pemimpin nasional kita. Ketika membahas Pak Harto, nada ucapan beliau berubah menjadi sangat lembut dan serius. Saat itu Gusdur berkata dan kami masih ingat benar, beliau berucap begini: "Pak Harto sebagai seorang pemimpin nasional telah memberikan contoh sebuah pekerjaan yang terencana dan terukur. Program beliau direncanakan rapi dan diukur setelah waktu pelaksanaan berakhir." Lalu beliau berdiam beberapa saat. Kemudian beliau tertawa kecil seraya berkata sambil tertawa: "lah kalo saya, kerja kapan inget, terus saya buat saja.."
Kesan saya saat itu muncul, sebagai orang Jawa asli, Gusdur terbiasa dengan sikap dan adab orang Jawa, mikul nduwur yaitu menghormati orang yang lebih tua. Beliau jujur dan humoris. Jujur dalam arti tidak menyembunyikan kelemahan dirinya.

Pertemuan kami berjalan manis. Kami hanya berpisah beberapa menit saat waktu sholat Dzuhur dan Ashar tiba, untuk kemudian duduk kembali di meja yang sama. Ada beberapa keistimewaan Gusdur yang saya yakin muncul dari indera keenam beliau. Ketika beliau bertanya kepada kami: "Sampeyan itu kan orang Medan, kok kata Gubernur tadi, sampeyan orang Riau?" Kemudian kami menjelaskan bahwa ibu kami adalah orang Riau dari Rokan Hilir, Bagan Siapi-api. Namun kemudian beliau berkata: "Rumah sampeyan di Klender, sampeyan buat pengajian malam senin di Klender, terus sampeyan begini...sampeyan begitu.." yang kesemuanya tepat dan benar. Paling aneh adalah saat kami katakan bahwa kami akan pulang pukul 17.00 dengan pesawat Mandala, saat itu beliau berkata kepada saya dengan tegas: "Ndak, sampeyan pulang dengan saya naek Garuda jam 7 (malam)." Menanggapi ucapan itu kami diam saja sebab di tangan kami sudah ada tiket Mandala pukul 5 sore rute Pekanbaru-Jakarta.

Ternyata pesawat Mandala delay sampai pukul 21.00, maka jadilah kami bertukar pesawat naik Garuda Indonesia bersama dengan Gusdur. Ada satu nasehat beliau kepada kami yang akan tetap kami ingat. "Negeri Riau adalah negerinya orang-orang Naqsyabandi. Dan dari sini telah muncul seorang wali besar Syaikh Abdul Wahab Rokan. Sampeyan musti jaga negeri ini, jangan dibiarkan begitu saja apalagi ibunya sampeyan orang asli negeri ini." Saat itu beliau pegang tangan saya dan saya pun menjawab dengan rasa haru: "Iya Gus, saya pasti akan menjaga negeri saya ini."
Sekarang Gusdur telah berpulang bertemu dengan Sang Pencipta Yang Maha Tinggi. Setelah sebelumnya memandang dengan bashirah beliau kedatangan sang kakek tercinta, Ulama Besar pendiri NU untuk mendampingi beliau di alam barzakh. Kami berdoa semoga beliau nyaman berdekatan dengan Kakek dan Bapak beliau di tanah Jombang, Pesantren keluarga besar Syaikh Asy'ari.
Saifurroyya

Senin, 11 April 2016

Surat Untuk Bapak (Oleh : Yenny Wahid)

Surat Untuk Bapak 
(Oleh : Yenny Wahid)


“Bapakku tercinta, tak terasa 5 thn lebih Bapak telah meninggalkan kami.”
“Begitu banyak hal yang terus kukenang tentangmu.”
“Aku ingat, dulu ketika Bapak mencalonkan diri menjadi Presiden, aku ragu.”
“Ragu Karena Bapak tidak bisa melihat, bgm mungkin Bapak bisa memimpin tanpa penglihatan?”
“Namun, seperti Abdullah bin Umar, kebutaanmu adalah anugrah bagi negeri ini.”
“Karena dengannya mata batinmu jadi bercahaya, dan lisanmu menjadi tajam menyuarakan kebenaran.” 
“Justru kami yang sempurna penglihatannya, Pak, kadang tak mampu bedakan mana yg benar dan salah.”


“Bapak, minggu lalu adalah tahun baru Imlek.”
“Aku ingat ketika Bapak mengeluarkan aturan membolehkan perayaan imlek, ada sedikit kalangan yg mencibir.”
“Sama seperti ketika Bapak perintahkan banser jaga gereja. Orang2 itu berkata Bapak hanya lindungi kelompok minoritas.”
“Mereka lupa, ketika zaman Orde Baru, Bpk brjuang bg kelompok mayoritas yg ditekan, sampai Bapak sendiri harus jd korban.”
“Bpk tercinta, terimakasih telah ajari kami, kaidah agama yg kita anut adlh agama yg cinta damai & mengasihi seluruh alam.”
“Makin bnyk masyarakat yg hafal Qur’an & Hadist, namun sayang masih ada yg senang mengkafirkan org lain.”

“Bapak, justru setelah kau pergi, aku masih melihatmu di mana-mana. Di kaos dan kalender yang banyak dijual orang,”
“Di spanduk dan iklan di layar kaca ketika musim kampanye tiba. Bersanding dengan logo-logo partai dan foto calon Presiden”
“Padahal sebagian dari mereka justru adalah orang2 yg nilai politiknya berbeda dari dirimu.”


“Pak, sungguh kami rindu leluconmu. Tak ada lagi yang bisa marahi DPR & politisi. Bahkan anak TK pun tidak mau lagi disamakan dengan mereka.”
“Kalau Bpk masih ada, mungkin Bpk berkata : polisi kok dibilang bukan penegak hukum ? Pantas sekarang maling2 makin berani.”
“Merampok harta rakyat di siang hari lalu lakukan kriminalisasi agar kejahatannya terlindungi.”

“Bpk mungkin akan senang krn teman Bpk. Buya Syafii Maarif memberi nasehat kpd Presiden Jokowi agar jadi Rajawali.”
“Bapak mungkin akan menambahkan : Dik Jokowi, tangkap saja semua maling itu, gitu aja kok repot.”
“Kasihan Pak Jokowi, Pak. Begitu banyak bebannya dalam memimpin negeri. Sepertinya Beliau perlu teman untuk bicara.”
“Tolong datangi Pak Jokowi dalam mimpi agar terilhami untuk jd lebih berani, karena rakyat negeri ini butuh diayomi.”

Sumber : 
https://www.youtube.com/watch?v=zzcQhrGzkPE
http://www.gusdurfiles.com/2015/03/surat-untuk-bapak-dibacakan-mbak-yenny.html

Membaca Gus Dur Kembali, Lagi dan Lagi.
Oleh : Ayah Debay

Gus Dur sudah lama pergi tapi warisanya bisa dinikmati hingga hari ini. Banyak pelajaran yang bisa digali dengan membaca Gus Dur lagi dan lagi. Tentang demokrasi, soal toleransi sehari-hari, juga tentang politik sebagai teka-teki. Para bapak bangsa tak pernah benar-benar mati merek tak henti menyalakan inspirasi. Saat perbedaan kerap dianggap sebagai ancaman, bagaimana seharusnya kita memaknai keberagaman? – Najwa Sihab, Mata Najwa.
Rasanya, seumur hidup saya belum ada seorang manusia Indonesia yang begitu dikagumi, diikuti, dan diteladani ketika dia masih hidup bahkan setelah dia mati, melebihi seorang Gus Dur. Tak terasa, hampir lima tahun sudah Gus Dur meninggalkan kita, tetapi rasanya dia masih hidup di tengah-tengah kita. Sungguh, seorang yang berilmu dan ilmu nya manfaat dan barokah tidak pernah benar-benar mati. Hingga detik ini, Gus Dur masih sering disebut-sebut, ajaraanya masih diikuti dan diteladani, karena apa yang dia ajarkan masih sangat-sangat relevan hingga saat ini. Pada setiap hari kematianya, masih selalu diperingati oleh seluruh rakyat dari semua kalangan, bahkan disiarkan secara nasional. Kuburanya, setiap hari diziarahi oleh ribuan orang. Do’a untuk mu tak pernah terhenti.
Gus Dur, Gus Dur, sungguh mulia benar panjenengan niki? Saya nggumun, apa gerangan yang membuat mu begitu dicintai dan dirindui semua orang. Dari rakyat jelata, hingga para pemimpin dunia. Dari yang tidak bisa membaca, hingga para peraih nobel dunia.

Akhir pekan minggu kemaren, saya merasa sangat beruntung dan merasa menjadi orang paling bahagia di dunia. Di youtube ada tayangan Mata Najwa terbaru, judulnya “Belajar dari Gus Dur”. Saya kembali selalu mbrebes mili, menyaksikan semua keluarga, istri dan keempat putrinya, dan mantan orang-orang terdekat beliau mengurai kembali pelajaran-pelajaran berharga dari Gus Dur, dari berbagai perspektif yang berbeda. Walaupun, beberapa di antaranya sudah sering saya dengar, tetapi selalu ada interpestasi baru dari ajaran-ajaran dan keteladanan Gus Dur.

Oleh : Ayah Debay
Profile : https://www.facebook.com/liebedich.iev?fref=nf
Anggota Grup Sahabat Gus Dur


Gus Dur Itu Bukan Sekedar ‘Casing’ (Oleh : Emha Ainun Najib)

Cak Nun: Gus Dur Itu Bukan Sekedar ‘Casing’

Budayawan Emha Ainun Nadjib(Cak Nun) yang mengibaratkan mantan PresidenAbdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai sosok yang bukancasing (wadah/tempat menyimpan perangkat HP atau handphone).
“Gus Dur itu bukan casing, tapi HP (telepon seluler). Karena itu beliau tidak perlu pencitraan, sehingga beliau tidak merasa perlu berpakaian ‘necis’ (tampilan rapi atau terpelajar),” ucapnya.
Ketika hadir bersama kelompoknya dalam peringatan tujuh hari wafatnya Gus Dur di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Selasa (5/1/2010) malam, ia mengungkapkanGus Dur tidak pernah membedakan siapa pun.
“Siapa pun yang mengundang beliau, beliau pasti datang, apakah pengundang itu pejabat atau orang biasa yang hidupnya di gunung-gunung,” ujar suami artis Novia Kolopaking itu.
Bahkan, tuturnya, jabatan bagi Gus Dur juga bukan sesuatu yang sangat luar biasa, sehingga saat dimakzulkan pun dia tetap tidak merasakan kehilangan apa pun.
“Karena itu, beliau keluar dari Istana Negara dengan mengenakan celana kolor. Itu menunjukkan bahwa kekuasaan atau jabatan baginya bukan apa-apa,” ujarnya.

Cak Nun yang adalah pimpinan dari kelompok musik Kiai Kanjeng itu memaparkan dirinya bersama sang istri sempat menemui Gus Dur di Istana Negara saat detik-detik terakhir hendak dimakzulkan.
“Saya tanya, ‘Gus, sampean (Anda) itu bagaimana, lha wong dimakzulkan kok guyon (berkelakar) terus’. Apa jawab Gus Dur? Beliau menjawab dengan enteng, ‘Biasa-lah, namanya teplek (main judi) itu ya ada kalah, ada menang’,” tukasnya sambil tersenyum mengenang.
Dalam kesederhanaan itu, kata budayawan yang dekat dengan Gus Dur itu, selepas dari kursi kepresidenan, Gus Dur tetap berkeliling untuk menyampaikan pemikirannya kepada masyarakat di seantero nusantara dan bahkan lintas negara.
“Karena itu, Gus Dur nggak memerlukan gelar pahlawan. Bahkan saya yakin keluarga juga tidak memerlukan itu, apalagi kalau harus mengemis segala. Itu semua karena Gus Dur memang bukan casing yang memerlukan pencitraan, melainkan Gus Dur adalah HP yang justru punya sinyal ke mana-mana,” ujarnya. (ant/bun)

Ditulis ulang oleh : Ievyani Liebedich
Profile : https://www.facebook.com/ievyani.liebedich?fref=nf
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

Tetap Kebenaran Pertahankan tapi Jangan Sampai Perang Saudara (Kick Andy)

Gus Dur : "Tetap Kebenaran Pertahankan tapi Jangan Sampai Perang Saudara"

KH. Abdurrahman Wahid, akrab disapa Gus Dur, merupakan Presiden Indonesia yang pernah dilengserkan melalui proyek politik tertentu.
Upaya pelengseran Gus Dur saat itu ditanggapi pendukungnya dengan meminta Gus Dur agar tidak 'lengser', dan menyatakan siap sebagai pasukan berani mati untuk membela Gus Dur.
Namun bagaimana sikap Gus Dur?. Cuplikan dialog antara Kick Andy dan Gus Dur ini mengungkap kebesaran hati seorang Abdurrahman Wahid :

Gus Dur : "Tiga ratus ribu orang mas.. tanda tangan supaya saya tidak berhenti menjadi presiden. Tapi saya bilang "dari pada bangsa ini pecah dalam pertempuran, darah mengalir deras, mending saya lengser aja dech!", ah itu",
Kick Andy: "Tapi omongin ini dibilang omongan ngawur Gus.. karena faktanya ketika anda bilang "nanti jutaan orang akan datang masuk Jakarta, orang-orang dari Jawa Timur", tapi gk datang".
Gus Dur : "Lhoh, saya yang nahan kok!!",
Kick Andy: "Jadi kalau gak di tahan Gus Dur, datang benaran itu ya..?!!"
Gus Dur : "Ya bukan begitu, tetap saja kebenaran kita pertahankan, tapi sikap kita itu jangan sampai bangsa ini perang saudara"
Kick Andy : "Dan itu pengorbanan anda?",
Gus Dur : "Bagi saya bukan pengorbanan, biasa saja", jawab Gus Dur.

Sumber : Kick Andy Metro TV
https://www.youtube.com/watch?v=hlwd_NgfFX0
Ditulis ulang oleh : Ayah Debay
Profile : https://www.facebook.com/liebedich.iev?fref=nf
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

BENARKAH GUS DUR BEGINI? BENARKAH GUS DUR BEGITU? (Oleh : Shuniyya Ruhama)

BENARKAH GUS DUR BEGINI? BENARKAH GUS DUR BEGITU?
YUK SIMAK SAMBIL MIKIR...

Ada banyak orang yang mengagumi Mbah Wali Gus Dur dengan kesegalaannya. Ada yang membenci Mbah Wali Gus Dur sedemikian rupa. Yuk sumonggo kita sejenak menyimak apa yang pernah beliau lakukan baik secara pribadi maupun untuk umat...
Gus Dur itu sekuler? Ya. Benar. Gus Dur itu sekuler. Saking sekulernya, waktu beliau menjadi Presiden, selama bulan Ramadhan semua siswa diliburkan supaya bisa beribadah dengan tenang.
Gus Dur itu antek Zionist? Ya. Benar. Gus Dur itu antek Zionist. Jaman Ehud Barak menjadi Perdana Menteri Israel, Gus Dur pernah berkunjung ke sana. Pak Ehud bertanya, bagaimana cara menghentikan perlawanan rakyat Palestina, maka Gus Dur menjawab dengan lantang, “Gampang sekali. Beri kemerdekaan rakyat Palestina sekarang juga”. Pak Ehud terhenyak dengan muka merah padam.
Gus Dur itu antek Amerika? Ya. Benar. Gus Dur itu antek Amerika. Saking setianya dengan Amerika, sesaat setelah beliau dilantik menjadi Presiden, beliau langsung kerkunjung kemana? Ke China!!! Setelah itu kemana? Ke India. Kemudian kemana? Ke Timur Tengah... Lalu kemana? Ke Eropa... dan terakhir baru ke Amerika. Puas?
Gus Dur itu sesat? Ya. Benar. Gus Dur itu sesat. Saking sesatnya, dikisahkan dalam berbagai perjalanan, di saat semua orang tertidur pulas, beliau selalu menyempatkan waktu untuk nderes bacaan Al Quran bisa mencapai 5 juz dengan bacaan bilghoib (melantunkan bacaan Al Quran tanpa melihat teksnya).

Gus Dur itu liberal? Ya . Benar. Gus Dur itu liberal. Saking liberalnya, beliau bisa menjelaskan dengan sangat detail jika ditanya tentang dalil-dalil dari Quran, Hadits, Ijma’, dan Ijtihad, serta tak ketinggalan Qoul Ulama Besar atas semua pendapat dan tindakan beliau.
Gus Dur itu suka klenik. Ya. Benar. Gus Dur itu suka klenik. Saking sukanya beliau dengan klenik, maka banyak sekali makam wali yang terpendam dan dibuat hal yang tidak benar secara syariat, akan dikunjungi beliau. Kemudian makam itu diziarahi oleh kaum muslimin sehingga habislah praktek klenik dan praktek yang tidak dibenarkan tersebut, menjadi kunjungan ziarah yang dipenuhi dengan bacaan Kitab Suci Al Quran, Sholawat dan dzikir.
Gus Dur itu tidak pro rakyat. Ya. Benar. Gus Dur itu tidak pro rakyat. Sehingga beliau di saat menjadi Presiden menolak impor beras dari luar negeri, karena sangat tahu bahwa stok di dalam negeri sangat cukup. Impor hanya menguntungkan orang tertentu yang ikut tandatangan, dan akan memukul harga di tingkat petani lokal.
Gus Dur itu tidak paham cara membangun negara. Ya. Benar. Saking gak fahamnya, beliau menolak campur tangan IMF dan menolak perintah untuk menjual aset-aset penting Nasional seperti Indosat, Texmaco, dll dan menolak pencabutan subsidi pupuk bagi petani. Sehingga IMF menunda pengucuran bantuannya selama masa pemerintahan beliau. Owh iya, beliau mau menego ulang keberadaan dan bagi hasil dengan Freeport.

Gus Dur itu penganut Syi’ah. Ya. Benar. Saking setianya, beliau begitu mengidolakan Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, dan Sayyidina Utsman. Juga begitu mengagumi sosok wanita mulia Siti Aisyah, dan Siti Hafshoh. Beliau juga sangat menguasai madzhab Syafi’i. Menguasai Kitab Hikam dengan sangat baik, dan berbagai kitab ulama Aswaja, dan hampir tidak pernah mengutip nash dari Kitab-kitab Syi’ah sebagai rujukannya.
Gus Dur itu Komunis. Ya. Benar. Gus Dur itu Komunis. Saking Komunisnya, Gus Dur sangat terbuka dengan pihak manapun yang hendak turut membangun bangsa ini. Beliau malah membuka keran demokrasi seluas-luasanya sehingga siapapun boleh mengungkapkan pendapatnya dengan bebas. Beliau membubarkan Departemen Penerangan yang dianggap hanya jadi corong legitimasi pemerintah. Bahkan organisasi masyarakat tidak dibatasi, baik berbasis agama, sosial, politik, ekonomi, kesukuan, dll...
Gus Dur itu buta hatinya. Ya. Benar. Gus Dur itu buta hatinya. Saking buta hatinya, dimanapun beliau berada, akan disambut dengan gegap gempita oleh seluruh lapisan masyarakat, yang mengagumi kejernihan hati beliau. Berbondong-bondong masyarakat dari berbagai kalangan dari masyarakat biasa hingga ulama untuk mencium tangan beliau. Ketika beliau wafat, terlalu banyak orang yang sangat kehilangan. Dan setelah itu, mereka menceritakan karomah-karomah beliau. Ulama besarpun menceritakan kehebatan Gus Dur dengan memberikan ciri-ciri kewalian yang ada di dalam beliau, tapi tidak berani manyatakan Gus Dur itu wali, dengan ketawadlukan bahwa yang tahu wali hanyalah wali.... Dan beberapa diantara para panutan umat dengan lugas menyatakan bahwa Gus Dur itu Wali.

Gus Dur itu apa lagi ya? Silakan dilengkapi sendiri ya... Shuniyya mau kirim Fatihah saja kagem beliau..
Ila hadroti ruhi Simbah Wali KH Abdurrahman Wahid, wa ila hadlroti ruhi wajasadi zawjatihi Sayyidatina Nyai Hajjah Shinta Nuriyah wa dzurriyatihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi ya Allah... wa muhibbihi ya Allah... wa muhibbihi ya allah syai-un lillahu lana wa lahum Al Fatihah....
Shuniyya Ruhama H
25 Desember 2015

Syair Sufistik, Karya Peninggalan Gus Dur (Presiden RI Ke 4).

Syair Sufistik, Karya Peninggalan Gus Dur (Presiden RI Ke 4).

Yarosulalloh salammun’alaik …..
Yaarofi’asaaniwaddaaroji …..
‘atfatayaji rotall ‘aalami …..
Yauhailaljuu diwaalkaromi …..
Ngawiti ingsun nglarasa syi’iran …..
Kelawan muji maring pengeran …..
Kang paring rohmat lan kenikmatan …..
Rino wengine tanpo petungan …..
{” Kumulai menguntai syairan,
Dengan memuji pada Tuhan,
Yang merahmati dan memberi nikmat,
Siang malam tanpa hitungan. “}
Duh bolo konco priyo wanito …..
Ojo mung ngaji syare’at bloko …..
Gur pinter ndongeng nulis lan moco …..
Tembe mburine bakal sangsoro …..
{” Duhai kawan laki-perempuan,
Jangan hanya mengaji syariat belaka,
Hanya pandai berdongeng, tulis dan baca,
Kelak di belakang bakal sengsara. “}

Akeh kang apal Qur’an haditse …..
Seneng ngafirke marang liyane …..
Kafire dewe dak digatekke …..
Yen isih kotor ati akale …..
{” Banyak yang hafal Al-Qur’an dan haditsnya,
Malah suka mengafirkan yang lainnya,
Kafirnya sendiri tidak dipedulikan,
Jika masih kotor hati dan akalnya. “}
Gampang kabujuk nafsu angkoro …..
Ing pepaese gebyare ndunyo …..
Iri lan meri sugihe tonggo …..
Mulo atine peteng lan nistho …..
{” Mudah ketipu nafsu angkara,
Pada rias gebyar dunia,
Iri dan dengki harta tetangga,
Karena hatinya gelap dan nista. “}

Ayo sedulur jo nglaleake …..
Wajibe ngaji sak pranatane …..
Nggo ngandelake iman tauhite …..
Baguse sangu mulyo matine …..
{” Mari saudara, jangan lupakan,
Kewajiban dengan semua aturannya,
Demi menebalkan iman tauhidnya,
Bajiknya bekal, hati nan mulia. “}
Kang aran soleh bagus atine …..
Kerono mapan seri ngelmune …..
Laku thoriqot lan ma’rifate …..
Ugo hakekot manjing rasane …..
{” Disebut soleh karena bagus hatinya,
Karena selaras dengan ilmunya,
Menempuh thariqah dan ma’rifatnya,
Juga hakikat merasuk jiwanya. “}

Alquran qodim wahyu minulyo …..
Tanpo ditulis biso diwoco …..
Iku wejangan guru waskito …..
Den tancepake ing jero dodo …..
{” Al-Qur’an Qodim wahyu mulia,
Tanpa ditulis bisa dibaca,
Itulah nasehat dari guru waskita,
Tancapkan di dalam dada. “}
Kumantil ati lan pikiran …..
Mrasuk ing badan kabeh jeroan …..
Mu’jizat rosul dadi pedoman …..
Minongko dalan manjing iman …..
{” Merasuk hati dan pikiran,
Merasuk badan hingga ke dalam,
Mu’jizat Rosul jadi pedoman,
Sebagai jalan masuknya iman. “}

Kelawan Alloh kang moho suci …..
Kudu rangkulan rino lan wengi …..
Ditirakati diriyadohi …..
Dzikir lan suluk jo nganti lali …..
{” Bersama Allah Yang Maha Suci,
Harus pelukan siang dan malam,
Dilakukan dengan tirakat riyadhoh,
Dzikir dan suluk janganlah lupa. “}
Uripe ayem rumongso aman …..
Dununge roso tondo yen iman …..
Sabar narimo najan pas pasan …..
Kabeh tinakdir saking pengeran …..
{” Hidupnya damai merasa aman
Sampai dirasa tandanya iman
Sabar dan menerima walau sederhana
Semua hanya takdir dari Pangeran “}

Kang anglakoni sakabehane …..
Allah kang ngangkat drajate …..
Senajan ashor toto dhohire …..
Ananging mulyo maqom drajate …..
{” Yang bisa menjalankan semuanya
Allahlah yang mengangkat derajatnya
Walau rendah kelihatan tampaknya
Namun mulia maqom derajatnya “}
Lamun prasto ing pungkasane …..
Ora kesasar roh lan sukmane …..
Den gadang Allah swargo manggone …..
Utuh mayite ugo ulese …..
{” Jika di akhir hayatnya
Tak tersesat ruh dan jiwanya
Dihantar Allah syurga tempatnya
Utuh mayatnya dan kafannya “}

Ditulis kembali oleh : Ayahnya Debay
Profile : https://www.facebook.com/groups/1610216669215200/permalink/1752045351698997/
Anggota Grup Sahabat Gus Dur