Kamis, 31 Maret 2016

Gus Dur-ku (Oleh : Ronny Leung)

Gus Dur - ku
Saya seorang tionghoa kristen yang hidup dalam 2 masa,masa orba dan reformasi. Masa orba dimana minoritas mendapat perlakuan diskriminatif, masa dimana kami dipersulit bahkan dalam hidup, kewarganegaraan kami tdk diakui, gereja kami dibakar, masa dimana kami ditekan dan diadu dengan mayoritas, saya tdk tahu apa komunisme itu tapi saya sudah mendapat cap PKI, saya tdk tahu apakah Islam itu tapi penguasa membentuknya sebagai tirani. Suatu saat dimasa sekolah saya melihat seseorang Seseorang yang berkata tidak pada pola diskriminatif penguasa Seseorang yang berkata maju pantang mundur pada kebenaran dan keadilan Seseorang yang berani membela yang lemah dan menegur yang salah Seseorang yang rela mengorbankan diri tanpa pamrih Hari ini saya berterima kasih, Hari ini saya mendapatkan kemanusiaan saya karena seorang Gus Dur Hari ini saya mendapatkan keadilan karena pengorbanan seorang Gus Dur Hari ini saya mendapatkan kedamaian di hati saya karena perjuangan seorang Gus Dur Hari ini saya memiliki seorang pahlawan bernama Gus Dur. Sekarang saya mampu berjuang karena didikan seorang Gus Dur Sekarang saya melawan tirani,mafia dan koruptor di negeri ini karena teladan Gus Dur Sekarang saya bergandeng tangan dengan saudara sebangsa dan setanah air ,Bhinneka Tunggal Ika Hari itu, tanggal 30 Desember 2009 Air mata saya menetes kehilangan seorang teladan Air mata kami menetes kehilangan seorang pemimpin yang baik hati Air mata bangsa ini tertumpah karena hilang seorang pahlawan yg tdk tergantikan Itulah Gus Durku, Pemimpin, teladan dan pahlawanku

Teladan Ulama Dalam Bingkai NKRI (Oleh : Shuniyya Ruhama)

Teladan Ulama dalam Bingkai NKRI.
BENARKAH GUS DUR BEGINI? BENARKAH GUS DUR BEGITU?
YUK SIMAK SAMBIL MIKIR...
Ada banyak orang yang mengagumi Mbah Wali Gus Dur dengan kesegalaannya. Ada yang membenci Mbah Wali Gus Dur sedemikian rupa. Yuk sumonggo kita sejenak menyimak apa yang pernah beliau lakukan baik secara pribadi maupun untuk umat...
Gus Dur itu sekuler? Ya. Benar. Gus Dur itu sekuler. Saking sekulernya, waktu beliau menjadi Presiden, selama bulan Ramadhan semua siswa diliburkan supaya bisa beribadah dengan tenang.
Gus Dur itu antek Zionist? Ya. Benar. Gus Dur itu antek Zionist. Jaman Ehud Barak menjadi Perdana Menteri Israel, Gus Dur pernah berkunjung ke sana. Pak Ehud bertanya, bagaimana cara menghentikan perlawanan rakyat Palestina, maka Gus Dur menjawab dengan lantang, “Gampang sekali. Beri kemerdekaan rakyat Palestina sekarang juga”. Pak Ehud terhenyak dengan muka merah padam.
Gus Dur itu antek Amerika? Ya. Benar. Gus Dur itu antek Amerika. Saking setianya dengan Amerika, sesaat setelah beliau dilantik menjadi Presiden, beliau langsung kerkunjung kemana? Ke China!!! Setelah itu kemana? Ke India. Kemudian kemana? Ke Timur Tengah... Lalu kemana? Ke Eropa... dan terakhir baru ke Amerika. Puas?
Gus Dur itu sesat? Ya. Benar. Gus Dur itu sesat. Saking sesatnya, dikisahkan dalam berbagai perjalanan, di saat semua orang tertidur pulas, beliau selalu menyempatkan waktu untuk nderes bacaan Al Quran bisa mencapai 5 juz dengan bacaan bilghoib (melantunkan bacaan Al Quran tanpa melihat teksnya).
Gus Dur itu liberal? Ya . Benar. Gus Dur itu liberal. Saking liberalnya, beliau bisa menjelaskan dengan sangat detail jika ditanya tentang dalil-dalil dari Quran, Hadits, Ijma’, dan Ijtihad, serta tak ketinggalan Qoul Ulama Besar atas semua pendapat dan tindakan beliau.

Gus Dur itu suka klenik. Ya. Benar. Gus Dur itu suka klenik. Saking sukanya beliau dengan klenik, maka banyak sekali makam wali yang terpendam dan dibuat hal yang tidak benar secara syariat, akan dikunjungi beliau. Kemudian makam itu diziarahi oleh kaum muslimin sehingga habislah praktek klenik dan praktek yang tidak dibenarkan tersebut, menjadi kunjungan ziarah yang dipenuhi dengan bacaan Kitab Suci Al Quran, Sholawat dan dzikir.
Gus Dur itu tidak pro rakyat. Ya. Benar. Gus Dur itu tidak pro rakyat. Sehingga beliau di saat menjadi Presiden menolak impor beras dari luar negeri, karena sangat tahu bahwa stok di dalam negeri sangat cukup. Impor hanya menguntungkan orang tertentu yang ikut tandatangan, dan akan memukul harga di tingkat petani lokal.
Gus Dur itu tidak paham cara membangun negara. Ya. Benar. Saking gak fahamnya, beliau menolak campur tangan IMF dan menolak perintah untuk menjual aset-aset penting Nasional seperti Indosat, Texmaco, dll dan menolak pencabutan subsidi pupuk bagi petani. Sehingga IMF menunda pengucuran bantuannya selama masa pemerintahan beliau. Owh iya, beliau mau menego ulang keberadaan dan bagi hasil dengan Freeport.
Gus Dur itu penganut Syi’ah. Ya. Benar. Saking setianya, beliau begitu mengidolakan Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, dan Sayyidina Utsman. Juga begitu mengagumi sosok wanita mulia Siti Aisyah, dan Siti Hafshoh. Beliau juga sangat menguasai madzhab Syafi’i. Menguasai Kitab Hikam dengan sangat baik, dan berbagai kitab ulama Aswaja, dan hampir tidak pernah mengutip nash dari Kitab-kitab Syi’ah sebagai rujukannya.

Gus Dur itu Komunis. Ya. Benar. Gus Dur itu Komunis. Saking Komunisnya, Gus Dur sangat terbuka dengan pihak manapun yang hendak turut membangun bangsa ini. Beliau malah membuka keran demokrasi seluas-luasanya sehingga siapapun boleh mengungkapkan pendapatnya dengan bebas. Beliau membubarkan Departemen Penerangan yang dianggap hanya jadi corong legitimasi pemerintah. Bahkan organisasi masyarakat tidak dibatasi, baik berbasis agama, sosial, politik, ekonomi, kesukuan, dll...
Gus Dur itu buta hatinya. Ya. Benar. Gus Dur itu buta hatinya. Saking buta hatinya, dimanapun beliau berada, akan disambut dengan gegap gempita oleh seluruh lapisan masyarakat, yang mengagumi kejernihan hati beliau. Berbondong-bondong masyarakat dari berbagai kalangan dari masyarakat biasa hingga ulama untuk mencium tangan beliau. Ketika beliau wafat, terlalu banyak orang yang sangat kehilangan. Dan setelah itu, mereka menceritakan karomah-karomah beliau. Ulama besarpun menceritakan kehebatan Gus Dur dengan memberikan ciri-ciri kewalian yang ada di dalam beliau, tapi tidak berani manyatakan Gus Dur itu wali, dengan ketawadlukan bahwa yang tahu wali hanyalah wali.... Dan beberapa diantara para panutan umat dengan lugas menyatakan bahwa Gus Dur itu Wali.
Gus Dur itu apa lagi ya? Silakan dilengkapi sendiri ya... Shuniyya mau kirim Fatihah saja kagem beliau..
Ila hadroti ruhi Simbah Wali KH Abdurrahman Wahid, wa ila hadlroti ruhi wajasadi zawjatihi Sayyidatina Nyai Hajjah Shinta Nuriyah wa dzurriyatihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi ya Allah... wa muhibbihi ya Allah... wa muhibbihi ya allah syai-un lillahu lana wa lahum Al Fatihah....
Shuniyya Ruhama H
25 Desember 2015

Mengenang Gus Dur (Oleh : KH Said Aqil Siraj )

Mengenang Gus Dur bersama KH Said Agil ( ketum PBNU ).
-----------------------------------------------------
1. Kisah Makam Surya Memesa dan Ziarah Syekh Ali Uraidi bin Imam Ja’far Shadiq
Di sela-sela acara tahlilan hari ke-7 wafatnya Gus Dur di Ciganjur,Jakarta Selatan, Said Agil pernah diajak ziarah ke pedalaman Tasikmalaya, Panjulan. Gus Dur membawanya ke sebuah kuburan yang sepi. Untuk mencapai lokasi saja, harus menyebrang sebuah situ (danau). Saat tiba, Gus Dur menuju sebuah makam. Saat ditanya Said Agil, siapa jenazah yang telah dikebumikan di tanah ini? Gus Dur tidak langsung menjawab. “Dia orang sakti. Dia mencari musuh agar dia bisa dikalahkan,” ujar Said Agil meniru ucapan Gus Dur. Orang sakti yang dimaksud Gus Dur, sambung Said Agil, ternyata bernama Surya Mesesa, seorang penyebar agama Islam di pulau Jawa. Gus Dur memberitahukan kepada Said Agil, mengapa Surya Mesesa bisa masuk Islam. Untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syeikh Ali. Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujarnya.

Ceritanya, Gus Dur bersama Said Aqil ingin membacakan surat Al-Fatihah untuk Syekh Ali sebanyak seribu kali. Namun ketika mereka baru membacakan al-Fatihah sebanyak 30 kali tiba-tiba seorang polisi datang mengusir mereka dan mengatakan, “Musyrik, haram!” Untung saja mereka bukan penduduk setempat, sehingga tidak dihukum berat, karena bagi mereka ziarah kubur adalah larangan berat. Namun Gus Dur sempat marah kepada polisi itu, “Kamu musuh Allah, Wahabi,” kata Gus Dur seperti dikutip Said Aqil saat memberikan testimoninya usai memimpin tahlilal 7 hari di Ciganjur.

Said Aqil bercerita, Gus Dur berziarah ke makam Syekh Ali al-Uraidhi karena Syekh ini konon sempat mengalahkan seorang yang hebat bernama Surya Mesesa. Ia merasa tak terkalahkan. Bahkan untuk mendapatkan musuh, Surya Memesa sampai ke Madinah, dan bertemu Syekh Ali al-Uraidhi.
Sama Syeikh Ali, Surya Mesesa disuruh mengangkat sebuah tongkat, dan tidak bisa. Karena itu, dia masuk Islam,” ujar Said Aqil. Cerita ini diperolehnya dari Gus Dur saat ia diajak berziarah ke pedalaman Tasikmalaya, Panjulan.

Menurut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siradj, Gus Dur memang gemar berziarah ke makam para ulama dan sesepuh. Selain mendoakan mereka, dengan cara itu Gus Dur merangkai sejarah peristiwa yang terjadi beberapa ratus tahun yang lalu, yang bahkan tidak tertulis dalam buku-buku sejarah.
Namun ada yang yang menarik ketika Gus Dur berziarah kesuatu makam, kata Kang Said. ”Kalau ada makam yang diziarahi Gus Dur, pasti kemudian makam itu ramai diziarahi orang. Gus Dur memang tidak hanya memberkahi orang yang hidup, tapi juga orang yang sudah mati,” katanya disambut tawa hadirin.

2. Bertemu dan didoakan wali di madinah
Setelah berziarah (point 1) , beliau berdoa di raudah, malamnya gus dur ngajak kyai agil jalan2 ke masjid untuk mencari seorang wali.Setelah muter2 dimasjid, kyai agil ketemu sama orang pake surban tinggi, lagi ngajar santrinya banyak, bilang sm gus dur apa ini wali gus ?’Gus Dur bilang, ‘bukan’
Akhirnya cari lagi,ketemu sm orang yg pake surban dengan jidat hitam , gus dur bilang ‘bukan ini’
kemudian gus dur menghentikan langkah di dekat orang yg pake surban kecil biasa, duduk diatas sajadah, baru Gus Dur bilang, ‘ini adalah wali’, kemudian Kyai Aqil diperkenalkan pada wali tersebut, dalam bahasa arab, dan terjemahannya seperti ini

Syekh, ini sy perkenalkan namanya ustad Abdurrahman Wahid, ketua organisasi islam terbesar di asia’, tujuan dari mencari wali ini ialah ingin didoakan oleh seorang wali. akhirnya wali ini berdoa untuk gus dur semoga di ridloi, di ampuni , hidupnya sukses. Setelah itu wali tersebut pergi sambil menyeret sajadahnya dan mengatakan ‘dosa apa saya? sampai2 maqom/kedudukan saya diketahui oleh orang’…
Dalam sebuah atsar (perkataan ulama2) menyatakan bahwa ‘yang mengetahui kedudukan seorang wali adalah sesama wali itu sendiri’

3. Gusdur itu Weruh sak durunge wineruh.
Kiayi Haji Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI yang ke-4 sudah lama saya kenal melalui siaran televisi, koran-koran dan buku-buku yang memuat pemikiran beliau. Namun yang paling berkesan bagi saya adalah saat kami berdua pernah duduk bersama seharian penuh dari pukul 07.00 pagi hari sampai 19.00 malam hari. Kebersamaan kami berlangsung di Riau, tepatnya di kediaman Gubernur Riau, H. M. Rusli Zainal. Ketika itu Gubernur Riau sendiri yang meminta saya untuk menemani Gusdur sebagai ‘pengganti’ tuan rumah, karena Gubernur Riau tidak dapat terus menerus menemani Gusdur.
Jadilah pertemuan kami itu berlangsung aman, tanpa ada gangguan sedikitpun. Saya masih ingat rombongan Gusdur saat itu lumayan ramai juga, di antaranya adalah Muhaimin Iskandar (sekarang menjadi Menteri Tenaga Kerja RI), dan saudara Lukman Edi (seorang anggota DPR RI). Sepanjang hari itu, kami duduk bersebelahan dan berbicara panjang lebar mulai dari masalah agama, masalah negara, masalah pemimpin-pemimpin Indonesia.
Ketika membicarakan masalah agama kami terlibat dalam pembicaraan sangat serius. Saat itu kami berkesempatan untuk membuktikan secara langsung kata-kata orang yang banyak saya dengar, yang menyatakan bahwa Gusdur menguasai banyak kitab-kitab klasik. Maka kami membuka dialog dengan mencuplik kitab-kitab klasik yang pernah kami baca mulai dari karangan Imam As Syafi’i, Imam Harmaini, Imam Al Ghazali, Imam Ibnu Katsir, dan lain-lain. Apa yang terjadi…? Gusdur ternyata bukan hanya mahir mengimbangi pembicaraan mengenai berbagai permasalahan yang kami kemukakan, namun dengan mahir beliau malah membacakan matan-matan semua persoalan tersebut dalam bahasa Arab yang asli, tepat seperti isi kitab yang asli. Tidak dapat kami pungkiri bahwa saat itu hati kami bergetar, kagum, heran, juga bahagia. Yakinlah kami bahwa Allah benar-benar Maha Kuasa dan telah menciptakan hamba-hambaNya dengan berbagai kelebihan. Subhanallah…
Ketika membahas kepemimpinan nasional, Gusdur dengan disertai humor-humor kocak sana sini menjelaskan dan berdiskusi dengan kami tentang banyak hal. Satu yang sangat kami catat kuat dalam ingatan kami bahwa tidak pernah sekalipun terucap kata-kata jelek yang bersifat mempersalahkan seorangpun dari pemimpin nasional kita. Ketika membahas Pak Harto, nada ucapan beliau berubah menjadi sangat lembut dan serius. Saat itu Gusdur berkata dan kami masih ingat benar, beliau berucap begini: “Pak Harto sebagai seorang pemimpin nasional telah memberikan contoh sebuah pekerjaan yang terencana dan terukur. Program beliau direncanakan rapi dan diukur setelah waktu pelaksanaan berakhir.” Kemudian beliau berdiam berapa saat. Kemudian beliau tertawa kecil seraya berkata sambil tertawa: “laahha kalo saya, kerja kapan inget, terus saya buat saja..”
Kesan saya saat itu muncul, sebagai orang Jawa asli, Gusdur terbiasa dengan sikap dan adab orang Jawa, mikul nduwur yaitu menghormati orang yang lebih tua. Beliau jujur dan humoris. Jujur dalam arti tidak menyembunyikan kelemahan dirinya.
Pertemuan kami berjalan manis. Kami hanya berpisah beberapa menit saat waktu sholat Dzuhur dan Ashar tiba, untuk kemudian duduk kembali di meja yang sama. Ada beberapa keistimewaan Gusdur yang saya yakin muncul dari indera keenam beliau. Ketika beliau bertanya kepada kami: “Sampeyan itu kan orang Medan, kok kata Gubernur tadi, sampeyan orang Riau?” Kemudian kami menjelaskan bahwa ibu kami adalah orang Riau dari Rokan Hilir, Bagan Siapi-api. Namun kemudian beliau berkata: “Rumah sampeyan di Klender, sampeyan buat pengajian malam senin di Klender, terus sampeyan begini…sampeyan begitu..” yang kesemuanya tepat dan benar. Paling aneh adalah saat kami katakan bahwa kami akan pulang pukul 17.00 dengan pesawat Mandala, saat itu beliau berkata kepada saya dengan tegas: “Ndak, sampeyan pulang dengan saya naek Garuda jam 7 (malam).” Menanggapi ucapan itu kami diam saja sebab di tangan kami sudah ada tiket Mandala pukul 5 sore rute Pekanbaru-Jakarta.
Ternyata pesawat Mandala delay sampai pukul 21.00, maka jadilah kami bertukar pesawat naik Garuda Indonesia bersama dengan Gusdur. Ada satu nasehat beliau kepada kami yang akan tetap kami ingat. “Negeri Riau adalah negerinya orang-orang Naqsyabandi. Dan dari sini telah muncul seorang wali besar Syaikh Abdul Wahab Rokan. Sampeyan musti jaga negeri ini, jangan dibiarkan begitu saja apalagi ibunya sampeyan orang asli negeri ini.” Saat itu beliau pegang tangan saya dan saya pun menjawab dengan rasa haru: “Iya Gus, saya pasti akan menjaga negeri saya ini.”
Sekarang Gusdur telah berpulang bertemu dengan Sang Pencipta Yang Maha Tinggi. Setelah sebelumnya memandang dengan bashirah beliau kedatangan sang kakek tercinta, Ulama Besar pendiri NU untuk mendampingi beliau di alam barzakh. Kami berdoa semoga beliau nyaman berdekatan dengan Kakek dan Bapak beliau di tanah Jombang, Pesantren keluarga besar Syaikh Asy’ari.

Selamat jalan Gusdur…Nasehat panjenengan senantiasa akan kami ingat sebagai kenangan manis antara orangtua kepada anaknya. Assalamu’alaika

Ditulis kembali oleh : Amirudin Faisal
Admin Sahabat Gus Dur

Rabu, 30 Maret 2016

Kebenaran Ramalan Gus Dur Dalam Diri KH. Said Aqil Siradj (Oleh:Prof KH Said Aqil Siraj)

Gus Dur Ramalkan Said Aqil Jadi Ketua Umum PBNU Setelah Umur 55 Tahun.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sempat meramalkan KH. Said Aqil Siradj terpilih menjadi ketua umum PBNU setelah berusia 55 tahun. Ternyata ramalan itu benar. Said Aqil Terpilih pada Muktamar ke-32 NU di Makassar pada usia 56 tahun.

Cerita ini disampaikan sendiri oleh Said Aqil dalam acara Tasyakuran Sukses Muktamar di kantor PP. GP. Ansor, Jakarta, Kamis (1/4/10) malam. ”Saya tidak menceritakan ini sebelum Muktamar, nanti dikira kampanye,” kata Said Aqil bergurau.

Ceritanya, pada Muktamar ke-30 NU di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Said Aqil yang bertugas sebagai ketua panitia pusat berniat mengajukan diri sebagai calon ketua umum PBNU, dan Gus Dur tidak setuju. ”Nanti sampeyan itu baru jadi ketua umum PBNU setelah umur 55,” kata Gus Dur seperti ditirukan Said Aqil. ”Saya tidak mengada-ngada, ada saksinya santri-santri saya di Ciganjur,” tambahnya. Namun pada waktu itu Said Aqil tetap bersikeras mencalonkan diri, dan ternyata ia kalah bersaing dengan KH Hasyim Muzadi. Pada Muktamar ke-31 NU di Solo, Said masih berusia 50 tahun dan tidak ukut dalam bursa pencalonan.”Pada Muktamar Makassar saya tenang saja karena Gus Dur sudah bilang begitu. Kalau saya tidak jadi berarti kewalian Gus Dur diragukan,” katanya disambut tawa hadirin. Dalam kesempatan itu Said Aqil mengajak warga Nahdliyin yang hadir untuk membacakan surat Al-Fatihah khusus untuk Gus Dur. ”Saya ini tidak belajar kitab kuning dari Gus Dur, kalau belajar kitab kuning ya ke Kyai Mahrus Ali Lirboyo dan Kyai Ali Maksum Krapyak. Saya belajar dari Gus Dur ilmu ahwal, ilmu tentang perilaku,” katanya sebelum memimpin doa.
Doa dan bacaan surat Al-Fatihah malam itu juga ditujukann kepada para pendiri NU antara Lain KH Hasyim Asy’ari. KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Ridwan Abdullah dan KH Mas Alwi Abdul Aziz, Gus Dur dan Gus Miek

Redaksi Lain
Salah satu tanda orang sholeh adalah ia memiliki pandangan batin yang sangat kuat sehingga mampu melintasi ruang dan waktu. Ia bisa mengetahui kejadian-kejadian di masa mendatang.

KH Said Aqil Siradj mengaku dirinya telah diramalkan menjadi ketua umum PBNU oleh Gus Dur setelah usianya mencapai 55 tahun.
Kiai Said menyatakan dirinya tidak meminta Gus Dur untuk melihat masa depannya, tetapi ramalan Gus Dur itu pun terucap begitu saja saat ia berkunjung ke rumahnya, yang masih satu kompleks di Ciganjur. Cerita ini bermula ketika Gus Dur pagi-pagi berolah raga dengan diiringi para pengawal, saat itu posisinya sudah sebagai mantan presiden. Lalu ia mampir ke rumah Kang Said, yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari kediamannya. Pada pagi yang cerah itu, Gus Dur minta disediakan air putih dan sarapan roti tawar, juga meminta Kang Said untuk membacakan kitab Ihya Ulumuddin, bab sabar dan tawakkal. Baru membaca dua baris, Gus Dur ternyata sudah tertidur sehingga ia menghentikan sementara membaca kitab tasawwuf karangan Imam Ghozali ini.

Lima menit kemudian Gus Dur bangun dan langsung berujar, “Sampeyan (kamu) jadi ketua umum PBNU sesudah umur 55 tahun.”

Ucapan Gus Dur itu terbukti benar, Kang Said terpilih menjadi ketua umum PBNU pada muktamar NU ke-32 yang berlangsung di Makassar Maret, 2010 lalu pada usia 56 tahun. Kiai Said dilahirkan di Cirebon, 03 Juli 1953.

Ditulis ulang oleh : 
Amirudin Faisal
Admin Grup Sahabat Gus Dur

Rabu, 23 Maret 2016

Gus Dur Yang Murah Hati (Oleh : Ayah Debay)

GUS DUR; SELALU BERSEMBUNYI DI BALIK KEBAIKANNYA.
Dulu, ketika Gus Dur masih memimpin NU, Surahman, tetangga desa saya, pernah bekerja membantu beliau di PBNU. Saban hari menunggu kantor PBNU, sekaligus membersihkan kamar di mana Gus Dur duduk berkantor. Sebelumnya, dia sempat beberapa tahun membantu di rumah Kiai Fuad Amin (alm), pengasuh pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, mertua saya, sambil mengaji. Lalu Kiyai Fuad menugaskannya di PBNU.

Surahman pernah bercerita kepada saya mengenai pengalamannya bekerja di PBNU dan menemani dan melayani Gus Dur. Katanya, setiap hari Gus Dur menerima banyak sekali surat dari warga dan umatnya di daerah-daerah. Ada pengurus NU, Kiai, santri, petani, nelayan, tukang kebun, pedagang kelontong, dan lain-lain. Surat-surat itu dibacanya satu per satu. Kebanyakan isinya adalah permohonan bantuan dana untuk keperluan yang beragam, baik untuk fasilitas organisasi, pembangunan masjid, mushalla, madrasah, pesantren atau untuk diri sendiri dan keluarganya yang sedang kekurangan biaya hidup.
Gus Dur membacanya satu persatu dengan teliti. Ia lalu mengambil kartu pos wesel yang sengaja disiapkan dan ditaruh di laci meja kerjanya. Kemudian ia menulis dengan tangannya sendiri. Di dalamnya ia menuliskan angka rupiah tertentu dan berbeda-beda.
Gus Dur mengambil honor-honor yang diperolehnya dari tulisan yang dimuat atau dari seminar yang dihadirinya, lalu dibagi menurut pertimbangannya sendiri. Gus Dur lalu memanggil Surahman dan memintanya membawa pos-pos wesel itu ke kantor Pos dan mengirimkannya ke alamatnya masing-masing. Bersama dengan kartu-kartu pos wesel itu Gus Dur juga menyerahkan uangnya.
Saat itu tidak ada orang lain di situ, kecuali dirinya (Surahman). Pengurus PBNU yang lain tak pernah tahu soal yang satu ini. Jika kemudian ada yang tahu, maka pastilah dari mulut Surahman sendiri, tidak yang lain. Bukan sekali saja Surahman diminta mengerjakan tugas pribadi tersebut, dan dia tidak tahu Gus Dur masih punya uang lagi atau tidak, sesudah itu.

Adik saya, sekaligus keponakan Gus Dur; Nanik Zahiro, juga bercerita kepada saya. Dia pernah kuliah di Institute Ilmu Al Qur’an (IIQ), Jakarta, awal tahun 90-an, dengan biaya dari Gus Dur. Setiap bulan, dia datang ke PBNU untuk bertemu pamannya itu, mengambil uang indekos dan biaya kuliahnya. Suatu hari dia pernah kehabisan uang, karena uang dari Gus Dur digunakan untuk keperluan lain yang tidak terduga. Dia sebenarnya sudah minta kiriman dari ayahnya di Tambak Beras, Jombang, tetapi belum juga tiba. Dia datang ke Gus Dur di kantor PBNU untuk meminta bantuan tambahan, mendadak dan mendesak. Tetapi ketika itu Gus Dur sedang tak punya uang. Namun beliau tak menolaknya. Ia mengatakan: “Tunggu sebentar ya, Nan. Saya akan pergi dulu sebentar.”
Gus Dur pergi ke tempat sebuah seminar yang hari itu kebetulan harus dihadirinya. Tidak lama, sesudah itu beliau kembali ke kantor. Keponakannya masih menunggu di situ. Lalu menyerahkan amplop honor seminar yang masih tertutup rapat itu kepadanya. “Ambil seperlunya saja ya?” katanya. Nanik menerimanya dengan senang. Kemudian dia membuka amplop itu di hadapan pamannya itu. Sesudah menghitung isi amplop tersebut, dia bilang bahwa keperluannya adalah seluruh isi amplop itu. Gus Dur diam saja. “Ya sudah, enggak apa-apa.”

Dikisahkan kembali oleh : Bocah Alam (24/03/2016)
FB : https://www.facebook.com/liebedich.iev?fref=nf
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

Selasa, 22 Maret 2016

Kesan - Kesan Sahabat Gus Dur (Oleh:KH Ahmad Mustofa Bisri,KH Maimun Zubeir dll)

Mengapa Banyak yang Mencintai Gus Dur?

Oleh : KH Ahmad Mustofa Bisri
Dua hari lalu, saat Gus Mus –panggilan KH.A. Mustofa Bisri- memberikan wejangan di acara Haul Gus Dur ke-2 di Taman Bungkul Surabaya, ada pertanyaan yang beliau lontarkan. 
Mengapa begitu banyak orang yang mencintai Gus Dur ?. 
Dimana-mana ada Haul Gus Dur. Kemudian beliau mengemukakan jawaban, hal ini karena Gus Dur mencintai manusia. Tanpa memandang suku, dan agama. Bahkan terhadap orang yang membencinya sekalipun. Gus Mus kemudian menjlentrehkan pengalaman beliau saat dengan Gus Dur bertemu seorang pejabat tinggi, lalu pejabat itu menjelek-jelekkan orang yang dianggapnya membenci dan memusuhi Gus Dur. Apa yang dilakukan Gus Dur saat itu? Bukannya beliau mendukung ucapan pejabat tersebut, sebaliknya beliau berusaha menutupi kejelekan orang yang dicemooh. Dalam kehidupan sehari-hari beliau tidak pernah membatasi jam bertamu yang akan datang ke tempat beliau. Siapapun dia. Suatu saat beliau pernah menemui orang yang datang tetapi hanya ingin melihat wajah beliau. Praktis ada pemandangan lucu jika tamu tidak bicara, hanya melihat saja. Dalam sejarah, pemakaman tokoh yang banyak dihadiri oleh banyak pelayat adalah Presiden Mesir Gammal Abdul Nasher. Sekitar sepuluh juta. Kemudian Gus Dur yang tidak dapat dihitung, karena sampai detik ini masih mengalir. Gus Dur, walaupun tanpa mengobral dalil ”Walakod karromna bani Adam” akan tetapi benar-benar memahami bahwa Allah memulyakan bani Adam. Kemudian Gus Mus juga memberi pencerahan, bahwa pemahaman kaum beragama itu sebagaimana seseorang dalam jenjang pendidikan. Mulai PAUD, TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Salah satu contoh, orang Islam yang ke mana-mana menyalahkan orang lain, mencari permusuhan, dia masih dalam tahap pendidikan TK atau SD. Kita tidak boleh membenci mereka, tetapi memaafkan dan memperlakukannya dengan baik. Pada tulisan ini saya ingin menambahkan. Dalam wafatnya Gus Dur seakan masih hidup. Jargon-jargon. Syiiran dan yang berkaitan dengan Gus Dur terus membuncah di masyarakat. Bahkan setiap akan adzan lima waktu, di daerah Surabaya dan sekitarnya seakan terbang di atas rumah melalui cahaya suara.

Dikisahkan kembali oleh :
Bocah Alam
FB : https://www.facebook.com/liebedich.iev?fref=nf
Anggota Grup Sahabat Gus Dur








Gus Dur
Oleh : KH Maimun Zubeir
Sebuah pertanyaan menggantung di hati KH Maimun Zubeir, salah satu kiai sepuh NU asal Sarang Jawa Tengah. Amalan apa yang dilakukan oleh Gus Dur sehingga sampai meninggal pun orang terus menghormatinya, masyarakat berduyun-duyun tak henti-hentinya menziarahi makamnya. Boleh dikata penghormatan yang diberikan melebihi kepada ayah dan kakeknya, para pendiri dan generasi awal NU yang keduanya jug mendapat gelar pahlawan nasional.
Pertanyaan ini akhirnya menjadi diskusi bersama dengan H Nasihin Hasan, mantan ketua PP Lakpesdam NU dan aktifis LSM senior, saat kiai sepuh ini berkunjung ke rumahnya di kawasan Kebun Jeruk Jakarta.
“Saya juga kaget mendapat pertanyaan ini. Ini pertanyaan yang dalam sekali dan membuat saya berfikir, Gus Dur ada apanya, kok melebihi ayahnya, melebihi kakeknya. Kiai Maimun juga bilang, ia tahu semua tentang kakehnya, tentang ayahnya, tapi mereka berdua tidak seperti itu”
Ia menuturkan, Meskipun semasa hidup Gus Dur dan kiai Maimun selalu menghormati, tapi Kiai Maimun tak jarang berseberangan terhadap beberapa sikap Gus Dur yang dianggap nyleneh. Perdebatan intelektual biasa yang memperkaya khazanah keilmuan di lingkungan NU.
Merenunglah mereka berdua dalam kesunyian atas pertanyaan pelik ini. Akhirnya diidentifikasikanlah sejumlah sikap dan tindakan Gus Dur yang membuat ia menjadi orang besar.
Mereka berdua menemukan tiga kelebihan Gus Dur. Pertama, ia orang yang sangat dermawan atau loman. Ketika orang membutuhkan apa yang dia punya, diberikan, padahal kebutuhannya bukan main untuk keluarga.
Kelebihan kedua adalah, silaturrahmi. Kemana pun pergi, ia selalu berusaha mengunjungi teman yang dekat dengan lokasi tersebut. “Ia tidak peduli, pokoknya adal lewat, ada teman, pasti diampiri. Kalau perlu dicari orangnya,“
Karena sering berkunjung ke teman-temannya, akhirnya Gus Dur juga banyak menerima tamu di Jakarta. “Kalau dibilang zaman sahabat Nabi, Abdurrahman Wahid, banyak tamunya sehingga masak terus, sehingga banyak abunya di rumah,“
Kelebihan ketiga adalah pemaaf, “Orang tidak tahu bahwa Gus Dur pemaaf. Saya banyak kesalahan, tapi dilupakan, asal kemudian kita baik-baik, tapi kalau kita dendam, dia lebih dendam lagi.“
Suatu ketika ada Kiai yang menuduh Gus Dur pendukung zionis, Nasihin menuturkan Gus Dur tak melupakan peristiwa itu, tetapi kiai tersebut akhirnya dimaafkan dan malam diberi posisi strategis.
Kewalian Gus Dur juga bisa dilihat dari perspektif rasional. Istilah wali memang banyak dipakai di Indonesia, ada wali murid, wali sekolah, wali nikah dan sejenisnya yang semuanya berarti mewakili.
Gus Dur, merupakan wali Indonesia dalam arti yang sebenarnya, mewakili rakyat Indonesia, bahkan bukan hanya mewakili komunitas NU untuk memperjuangkan keadilan.
“Kalau sudah membela manusia yang tertindas, pasti dekat dengan Allah. Jadi jangan dilihat dari aspek, wah dia bisa ngomong dengan kuburan, kalau dia memiliki kemampuan itu, karena kemampuan dia. Saya menerjemahkannya ke sana, pembelaannya pada kemanusiaan,“ tandasnya.

Penulis: Mukafi Niam, nu.or.id
Dikisahkan kembali oleh : Putra (Bocah Alam)
FB : https://www.facebook.com/groups/1610216669215200/permalink/1743987545838111/


Gus Dur Berpengetahuan Luas
Salah satu warisan gusdur yg sangat mudah namun agak sulit untuk di laksanakan yaitu...Ilmu memaklumi.....sering sekali gusdur memaklumi orang orang yg membencinya di karenakan kedangkalan ilmu para pembencinya... atas apa yg menjadi konsern beliau dalam kaitan berbangsa dan bernegara...selama hal itu tidak melanggar konstitusi!
Anak tk akan komplein kepada seorang profesor,ketika sang profesor berkata...bintang adalah benda angkasa yg bermassa sangat besar!
Lantas anak tk akan komplein dan bilang kepada profesor...kamu salah ya prof...bintang itu benda yg kecil...(pake dalil,lagu bintang kecil di langit yg biru)
Seperti itulah analogi gusdur dan para pembencinya.


Oleh : Maulana Malik (22/03/2016)
FB : https://www.facebook.com/maulana.malik.524?fref=ufi
Anggota grup Sahabat Gus Dur








Simbah Wali Kyai Haji Abdurrahman Wahid Ad Dakhil
Di sinilah Sang Humanis beristirahat. Tebaran kasih sayang yang beliau semaikan takkan pudar sepanjang masa. Tak pandang suku, agama, ras, maupun golongan semua direngkuh, diayomi dan dibimbing.


Sang Purnama tetaplah purnama. Tak peduli jasadnya disemayami ruh ataupun ditinggal oleh ruhnya. Lihatlah saat jasadnya masih disemayami ruh. Berapa banyak manfaat yang kita dapatkan. Dan kini, saat jasad itu tak lagi disemayami ruh, tetap saja memberi manfaat bagi orang-orang di sekitarnya...
Dalam kisah Sang Wali, terdapat banyak hikmah dan suri tauladan bagi mereka yang berakal. Semoga beliau Yang Mulia senantiasa ditempatkan diantara kekasih-kekasihNya...
Ila hadlroti ruhi Simbah Wali Gus Dur wa zawjatihi wa dzurriyatihi wa furi'ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi syaiun lillahu lana walahum alfatihah...

Oleh : Shuniyya Ruhama (23/03/2016)
FB: https://www.facebook.com/shuniyya.ruhama?fref=nf
Anggota Grup Sahabat Gus Dur


Kagum Akan Bapak Bangsa

Sebuah truk bergambar GUS DUR Nopol AG 5492 GG bertuliskan Mina Expedition baru saja (jam 22.15 WIB) melintas pelan dijalan Tol dari Surabaya arah Gresik.
Aku sempat menyalipnya karena truk tersebut beriringan dengan truk-truk besar lainnya, namun karena aku juga melintas dengan kecepatan sedang jadi sekilas mata sempat melihatnya. Untuk memastikan penglihatanku maka mobilku berhenti sejenak dibahu jalan tol, hingga akhirnya posisiku berhasil tepat dibelakangnya.
Persis dipintu tol Tandes arah Gresik, aku berhasil mengabadikan gambar dengan jelas karena sama-sama jalan pelan untuk ambil kartu tol.
Dalam hati aku berdecak kagum, begitu bangga si pemilik truck yang menempel gambar Gus Dur sang Bapak Bangsa dengan ukuran jumbo. Beliaulah yang konsisten membawa pesan-pesan perjuangan, pesan kesetaraan, pesan anti diskriminasi. Beliaulah yang membimbing kita untuk memahami & memberikan penghargaan ditengah-tengah multikultur bangsa, Beliaulah Sang Multikultural.
Aku sempatkan menulis pesan ini usai melintas dipintu tol Kebomas Gresik, agar pesan ini segera tersampaikan. Al Fatihah....

Ditulis Oleh : Bp. Hasan Bisri (24/03/2016)
FB: https://www.facebook.com/hasan.bisri.777/posts/10204403537126863
Admin Grup Sahabat Gus Dur


Sajak Untuk Gus Dur
Oleh Anton Djakarta
Kematian adalah waktu yang membatasi eksistensi manusia
Waktu yang pernah menjadi pikiran ketika kita hidup
Waktu yang menjalani kita terbang bersama bergelut dengan kehidupan
Kematian adalah perayaan bagi sebuah pertemuan
Pertemuan dengan Tuhan dan disitulah esensi terbuka
Pada pintu yang jembar........
Manusia dan sejarah adalah persoalan akumulasi
Dan Gus Dur menjalani itu dengan baik
Akumulasi untuk menghargai bahwa kita hidup di dunia yang tidak hanya satu pikiran
bahwa kita hidup di dunia ini bersama-sama
dan bahwa kita diajarkan untuk saling mengenal perbedaan
karena perbedaan pada hakikatnya adalah melatih kecerdasan.
Gus, pikiranmu tetap konsisten walau kau kerap berlagak mengubah-ubah pendapat
Kau jalani hidup di Mesir dengan pemberontakan intelektual
kau goyang-goyangkan Indonesia dengan kegelisahan
Di kala semua orang sujud di kaki Suharto
kau menyadarkan bahwa kekuasaan tidaklah harus tunggal
Kau memainkan drama politik dengan penuh gairah
kegelisahan itu menjadikan dirimu sebagai sutradara sejarah Indonesia
Lewat kelihaianmu rakyat disadarkan bahwa sang Raja tidaklah harus menjadi pemain tunggal pembentuk segala.........
Gus, masih ingatkah kau ketika kau mencela DPR sebagai Taman Kanak-Kanak
Ya, kita sedang belajar berdemokrasi, kau hadir di masa-masa sulit untuk mengajarkan kami betapa demokrasi memang harus riuh rendah, betapa demokrasi harus menjadikan kita dewasa dan kau tetap menawarkan kegelisahan pada kami......
Gus, kau dengan berani menyatakan bahwa Indonesia bukanlah ruang tunggal untuk satu kepercayaan, Indonesia adalah ruang bersama untuk banyak kepercayaan, karena pada hakikat manusia hidup dengan pengalamannya bukan pemaksaan atas pengalaman orang lain.
Gus, kaulah yang menyadarkan kami tentang apa itu arti masyarakat
tentang apa itu fungsi negara
tentang definisi agama dan pergaulan diantara umat agama
kaulah yang membawa sinar terang bagaimana multikultural harus dijalankan
ditengah bangsa yang berbhineka bukan saja dari adat tapi juga agama...........
Dalam sakitmu, Tuhan selalu melindungimu........
Selamat Jalan Gus, Bangsa ini banyak belajar dari caramu bekerja.

Ditulis kembali oleh : Fredie 
Profile : https://www.facebook.com/fredy.tobing?fref=nf
Anggota Grup Sahabat Gus Dur